KPU Medan Kembali Gelar Sosialisasi dan Simulasi Bagi Disabilitas

Sentralberita|Medan~KPU Medan kembali menggelar sosialisasi dan simulasi bagi disabilitas bagi sejumlah organisasi di kantor DPD Persatuan Tuna Netra Indonesia ( PERTUNI), Selasa (2/4/201).
Namun sosialisasi ini tidak maksimal, karena tim KPU Medan tidak membawa alat peraga yang dibutuhkan para difabel. Simulasi juga tidak dilakukan dengan memperbanyak peserta yang terlibat pencoblosan.
Puluhan disabilitas berkumpul di kantor DPD Sumut untuk mengikuti sosialisasi dan simulasi pencoblosan pemilu 2019 yang dilakukan KPU Medan.Mereka perwakilan dari Pertuni, Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia, Himpunan Wanita Disabel Indonesia, Gerakan untuk Kesejahteraan Tuna Rungu Indonesia dan National alalimpic Commite Sumut.
Dalam sosialisasi, difabel diajak untuk menggunakan hak suaranya dan paham tata cara pencoblosan di TPS. Difabel juga diperkenalkan contoh lima jenis surat suara yang akan digunakan pada pemilu 17 april 2019.
Komisioner KPU Medan, Edy Suhartono menjelaskan,“intinya yang kita sampaikan adalah tentang tata cara mencoblos, pengenalan surat suara bahkan tadi simulasi mencoblos, memang 5 surat suara disampaikan supaya mereka mengenalnya, khusus brailer ada templet calon presiden dan DPD, tapi tidak kita bawa. mudah mudahan penjelasan ini teman teman disabilitas mengenalnya sehingga dapat melaksanakan pemilihan dengan baik.”
Setelah memberikan penjelasan dan melakukan tanya jawab, sejumlah difabel melakukan simulasi pencoblosan, namun prosesnya hanya masuk ke bilik dan langsung memasukkan surat suara, tidak dimulai dari mendaftar,menerima surat suara, mencoblos hingga memasukkan surat suara ke kotak, sehingga sejumlah peserta simulasi masih belum paham dengan cara mencoblos khususnya untuk DPR
Nurhaida Perangin-Angin , salah seorang peserta tunanetra simulasi pemilu mengaku,“caranya ya belum makanya ditanya, hanya itu saja kalau nanti mencoblos dinama peserta apa di nomornya, cara mencoblos udah bolak balik memilih, ada brailenya kan yang brailenya yang ada hanya presiden dan dpd, karena kami tunanetra sistim raba ya mungkin sulit ya. sudah, tapi kan kayak yang bilang saya tadi kalau kami tunanetra sistim raba, kalau tidak timbul ya tidak bisa. “. (SB/AR/01)