“Saya Sah Jadi warga Batak,” Canda Ma’ruf di Pesantren Al Kautsar Al Akbar

sentralberita|Medan~“Saya sudah beberapa kali dapat ulos di Balige, di Tarutung dan hari ini di sini. Saya sah jadi warga Batak,” canda Ma’ruf mengawali sambutannya yang disambut riuh para tamu, Sabtu (9/3/2019).

Calon wakil presiden Ma’ruf Amin hadir di Pesantren Al Kautsar Al Akbar, Medan, Sabtu, 9 Maret 2019. Ma’ruf sangat gembira karena sambutan luar biasa masyarakat Sumatera Utara ketika kedua kalinya ia mengunjungi wilayah itu.

Dalam safari politik kali ini, Ma’ruf bahkan menerima ulos sebagai tanda diterima dirinya di ‘Tanah Batak’.

Sangat merasa dekat, Ma’ruf pun sempat menyapa tamu yang hadir dengan sapaan horas. Ia sangat optimis, mendekati hari pencoblosan karena didukung dari berbagai latar belakang masyarakat.

Baca Juga :  Muaythai Sumut Berhasil Sabet Juara 3 Umum di Open Tournament piala Walikota Surabaya

Seperti di Sumatera Utara, di bulan Oktober, Mustasyar PBNU itu pernah mendatangi kantor pusat HKBP di Tarutung, Tapanuli Utara. Dan saat ini kunjungannya, banyak menemui para ulama, tokoh masyarakat yang berada di wilayah Tapanuli Tengah dan Tapanuli Selatan.

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Horas,” ujar Ma’ruf.

“Saya benar-benar bahagia bisa bersilaturahmi pada hari ini. Pertemuan yang dihadiri tokoh lintas agama. Ini pertemuan full colour, dari berbagai warna,” tuturnya.

Seperti diketahui, acara yang dihadiri tokoh lintas agama ini, Ma’ruf turut menyapa Uskup Agung Medan Pius Batubara, Ketua Yayasan Buddha Tzu Chi Mujianto dan juga tokoh Sumatera Utara R.E. Nainggolan.

Ma’ruf menyatakan, bahwa negara ini harus dijaga keutuhannya karena terdiri dari beragam suku, agama dan golongan.

Baca Juga :  Tekan Gangguan Kamtibmas, Polsub Sektor Datuk Bandar Timur Patroli Dialogis Bertemu Warga

Adapun Pengasuh Pondok Pesantren Alkautsar, Syekh Ali Marbun, mengatakan Sumatera Utara adalah wilayah yang terdiri dari 24 suku.

Ia banyak berharap, Ma’ruf dapat terpilih menjadi wakil presiden mendampingi Jokowi di periode kedua karena akan mengulang sejarah kembali bahwa seorang santri menjadi pemimpin nasional.(SB/ist)

Tinggalkan Balasan

-->