Islam Agama Perdamaian
Oleh: Reza Fahlevi Nst
sentralberita|Medan~Kandungan Al-Qur’an surah al-hujarat 10
“sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudara mu dan bertakwalah kepada Allah SWT supaya kamu mendapat rahmat”
Kata islam merupakan turunan dari asal kata aslama, yuslimu, islaman yang berarti selamatan bersih dari kecacatan lahir dan batin. Islam berarti bersih suci tanpa cacat. Islam berarti menyerahkan sesuatu. “menyerahkan sesuatu”. Islam berarti memberikan ke seluruhan jiwa raga seorang kepada Allah.
Secara terminologis adalah (asal-usul kata, lughawi) kata “Islam” berasal dari bahasa Arab: salima yang artinya selamat. Dari kata itu terbentuk aslama yang artinya menyerahkan diri atau tunduk dan patuh. Sebagaimana firman Allah SWT:
“Bahkan, barangsiapa aslama (menyerahkan diri) kepada Allah, sedang ia berbuat kebaikan, maka baginya pahala di sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula bersedih hati” (Q.S. 2:112).
Dari kata aslama itulah terbentuk kata Islam. Pemeluknya disebut Muslim. Orang yang memeluk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah dan siap patuh pada ajaran-Nya. Ada juga pendapat, akar kata yang membentuk kata “Islam” setidaknya ada empat yang berkaitan satu sama lain.
- Aslama. Artinya menyerahkan diri. Orang yang masuk Islam berarti menyerahkan diri kepada Allah SWT. Ia siap mematuhi ajaran-Nya.
- Salima. Artinya selamat. Orang yang memeluk Islam, hidupnya akan selamat.
- Sallama. Artinya menyelamatkan orang lain. Seorang pemeluk Islam tidak hanya menyelematkan diri sendiri, tetapi juga harus menyelamatkan orang lain (tugas dakwah atau ‘amar ma’ruf nahyi munkar).
- Salam. Aman, damai, sentosa. Kehidupan yang damai sentosa akan tercipta jika pemeluk Islam melaksanakan asalama dan sallama.
Dari penegasan di atas dapat dipahami bahwa Islam adalah agama yang diturunkan Allah kepada manusia melalui Rasulnya berisi hukum-hukum yang mengatur satu hubungan segitiga yaitu antara hubungan Manusia dengan Allah (hablum minallah) hubungan sesama manusia (hablum min Annas), dan hubungan manusia dengan lingkungan alam semesta.
Islam Agama Damai
Agama Islam merupakan agama yang mengajarkan kedamaian kepada umatnya bahkan kepada seluruh umat manusia, sekaligus agama yang rasional dalam menyikapi perdamaian itu. Bahwa perdamaian tidak bisa ditumpukan kepada satu pihak saja melainkan juga harus diusahakan oleh semua pihak yang terlibat di dalamnya.
Dalam konteks yang demikian, umat Islam akan menyandarkan kedamaian hidupnya kepada Allah yang menjanjikan surga. Jadi jelaslah sekarang posisi umat Islam dalam kancah peradaban dunia bahwa umat Islam harus mengambil peran yang mendinamisasikan perdamaian global tanpa harus kehilangan rasionalitasnya.
Umat Islam harus menjadi juru damai karena memang itulah misi kita sebagai umat Islam menciptakan tatanan masyarakat yang adil sejahtera bagi seluruh umat manusia didalam Ridha Allah, Sang Maha Pemurah “masyarakat rahmatan lil alamin. Hanya orang-orang yang ingin menjadi hamba-hamba Allah yang saleh saja yang bisa bersikap secara rasional dan proporsional dalam menjalani kehidupan agamanya. Dalam Al-Qur’an surah Az Zummar (39) :10 Katakanlah: “hai hamba-hambaku yang beriman, bertaqwalah kepada Tuhanmu”. Orang-orang yang berbuat baik didunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas. Dalam Al-Qur’an surah Ar Rum (30) : 60 Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-sekali janganlah orang-orang yang tidak menyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan kamu. Dalam Al-Qur’an surah Al Ahqaf (46) : 35 Maka bersabarlah kamu seperti orang-orang yang mempunyai keteguhan hati dari rasul-rasul yang telah bersabar dan janganlah kamu Menurut Gusdur bahwa Islam bukan agama kekerasan, benturan antar ”kebenaran” terjadi saat orang-orang berani mengambil-alih jabatan Tuhan, fungsi Tuhan dan kerjaan Tuhan. Padahal, dalam ajaran tauhid, urusan kebenaran adalah hak prerogratif Tuhan, jadi bagaimana kita berusaha meminimalkan benturan itu menjadi sifat yang toleran dan sosialisasi terhadap yang sesama.
ajaran tauhid, urusan kebenaran adalah hak prerogratif Tuhan, jadi bagaimana kita berusaha meminimalkan benturan itu menjadi sifat yang toleran dan sosialisasi terhadap sesama, membenarkan yang salah dengan hati dan akal sehat, dengan opini otak yang cerdas dan cendekiawan bukan dengan akal tangan atau senjata, membangunkan kaum Muslim yang tertidur dengan trik-trik yang memaksa mereka berpikir supaya mereka terpaksa giat belajar, jangan cuma puas sebagai sampah yang bangga dengan fatwa- fatwa yang seolah lahir dari egoisme belaka. Sekarang ini kita adalah mayoritas di dunia, sebagaimana bila kita jadi yang minor. Masihkah kita berani vokal berjubah hadist dengan mengesampingkan hati dan akal sehat ?
Jihad adalah perjuangan untuk mencapai hal yang lebih baik kemasa depan dalam kondisi rahmatan lil alamin.Meskipun membolehkan perang dan membunuh lawan, dengan sangat jelas Allah melarang perbuatan yang berlebih-lebihan melampui batas,dan Allah tidak suka kita berbuat yang melampui batas karena tidak membuat semuanya menjadi lebih baik. Hawa nafsu, kemarahan harus ditundukkan oleh akal sehat dan keikhlasan. Mencegah kemungkaran harus dalam orientasi untuk amar ma’ruf. Untuk membangun kehidupan yang lebih baik bukan untuk menghancurkannya. Dalam Al-Qur’an surah al maa’idah (5) : 8 Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan jamganlah sekali-sekali kebencianmu terhadap sesuatu kaum mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Ayat diatas memberikan koridor umum kepada umat Islam agar dalam melakukan ibadahnya tidak didasari oleh kebencian. Tidak boleh berlaku tidak adil dan aniaya semata-mata disebabkan oleh kebencian itu meskipun dengan alasan, mereka menghalang- halangi ibadah kita. Dalam ayat diatas dikatakan janganlah sekali-kali kebencianmu mendorongmu berbuat aniaya semua langkah dalam beragama ini harus didasarkan karena Allah semata. Itulah yang diajarkan dalam QS. 5:8 diatas; Tegakkanlah kebenaran hanya karena Allah semata.
Berjihad dikarenakan kebencian hanya akan menurunkan nilai jihad kita dimata Allah bahkan melanggar perintahnya. Bagaimana bisa kita menjalankan perintah Allah swt dengan cara melanggar larangan-Nya. Perlu diingat kejadian tentang kisah sahabat Ali bin Abi Thalib ketika perang tanding yaitu ketika ia bisa menjatuhkan musuhnya, tetapi tidak jadi membunuhnya karena dia dilanda kemarahan yang sangat disebabkan diludahi oleh musuh yang sudah tergeletak hampir dibunuhnya. Ia tidak jadi membunuhnya bahkan meninggalkan musuhnya itu, sehingga ditanya oleh salah seorang sahabat kenapa tidak dibunuhnya musuh yang sudah tak berdaya itu ? Ia menjawab bahwa ia sedang marah karena diludahi sehingga kalau ia membunuh musuh saat itu perbuatannya bukan karena Allah melainkan karena kemarahan. Ali menerapkan substansi ayat-ayat diatas, bahwa jangan sampai membunuh dikarenakan kebencian melainkan harus murni karena Allah semata tanpa hawa nafsu yang menguasainya. Maka jihad harus dimaknai secara tepat dan proporsional. Secara umum adalah bermakna berjuang di jalan Allah untuk semakin mendekatkan diri dalam beribadah kepada-Nya
Islam Agama Rahmatan Lil’Alamin
Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin artinya Islam merupakan agama yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk hewan, tumbuhan dan jin, apalagi sesama manusia. Sesuai dengan firman Allah dalam Surat al-Anbiya ayat 107 yang artinya, “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”. Islam melarang manusia berlaku semena-mena terhadap makhluk Allah, lihat saja sabda Rasulullah sebagaimana yang terdapat dalam Hadis riwayat al-Imam al-Hakim, “Siapa yang dengan sewenang-wenang membunuh burung, atau hewan lain yang lebih kecil darinya, maka Allah akan meminta pertanggungjawaban kepadanya”. Burung tersebut mempunyai hak untuk disembelih dan dimakan, bukan dibunuh dan dilempar. Sungguh begitu indahnya Islam itu bukan? Dengan hewan saja tidak boleh sewenang-wenang, apalagi dengan manusia. Bayangkan jika manusia memahami dan mengamalkan ajaran-ajaran islam, maka akan sungguh indah dan damainya dunia ini.
Indonesia adalah negara dengan penduduk muslim terbanyak di dunia, sekali lagi, terbanyak di dunia. Maka melihat keterangan di atas, seharusnya Indonesia menjadi negara yang indah, damai, dan beradab. Tapi lihat saja kenyataannya, kita tidak bisa menutup mata dan telinga dengan pemberitaan sehari-hari yang mengabarkan tentang kisah-kisah menyedihkan dan tak beradab.
Mulai dari anak-anak yang melakukan pencabulan, berjudi, menghisab sabu. Remaja tawuran antar sekolah, kumpul kebo, menjadi pengedar, minum-minuman keras. Orang tua yang mencabuli anaknya sendiri, membunuh anggota keluarga sendiri, membunuh karena masalah sepele, bunuh diri, mutilasi, dan sebagainya. Sampai kepada pejabat kita yang melakukan tindak asusila, dan korupsi besar-besaran.
Hampir setiap hari kejadian semacam ini keluar di pemberitaan. Sebenarnya apa yang terjadi? Di mana moral mereka? Bukankah sebagian besar dari mereka adalah muslim? Bukankah orang muslim seharusnya menjadi rahmatan lil ‘alamin?
Jika dikatakan tidak berpendidikan sepertinya tidak juga. Saya yakin kebanyakan dari mereka telah mengenyam pendidikan dasar, bahkan tidak sedikit yang sudah sarjana bahkan lebih. Lantas mengapa moral mereka bisa sebegitu hancurnya? Jawabannya adalah tidak memahami dan menjalankan ajaran islam secara kaffah. Jika mereka tahu bahwa membunuh binatang semena-mena saja dilarang oleh islam, mana mungkin sampai berani membunuh sesama manusia, apalagi sesama muslim. Jika mereka tahu bahwa islam melarang untuk mencuri dan menipu dan mereka menjalankan larangan itu, mana mungkin mereka berani melakukan korupsi. Abdullah bin Umar رضي الله عنه mengatakan bahwa Nabi صلی الله عليه وسلم bersabda, “Orang Islam itu adalah orang yang orang-orang Islam lainnya selamat dari lidah dan tangannya; dan orang yang berhijrah (muhajir) adalah orang yang meninggalkan apa yang dilarang oleh Allah.” Sudah sangat jelas bagaimana islam menjelaskan bagaimana ciri orang islam sesungguhnya.
Jika ingin merasakan Indonesia yang damai sejahtera, maka yang harus dibenahi adalah moral bangsanya, bukan sekedar pendidikan belaka. Dan pendidikan moral yang sesungguhnya, yang komplit, dan yang diperintahkan oleh pencipta manusia adalah Islam. Setiap muslim wajib untuk belajar tentang agamanya. Dengan begitu kita akan mampu menjadi khalifah sesungguhnya di bumi sesuai tujuan diciptakannya kita, yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam. Sudah semangatkah kita untuk belajar dan mengamalkan islam? Atau kita malah lebih semangat untuk mempelajari dan mengikuti budaya Jepang atau budaya Barat dari Islam? Seberapa banyak buku Islam yang telah kita baca? Mana banyaknya dengan buku-buku selain itu? (Penulis adalah Mahasiswa Komunikasi Penyiar Islam)