Kerja Lembur Beresiko, Tapi Kenapa Banyak Orang Melakukannya?

Ilustrasi kerja berlebihan

Sentralberita|Menurut statistik terbaru dari Organisasi Buruh Internasional, lebih dari 400 juta pekerja di seluruh dunia bekerja 49 jam atau lebih per minggu, proporsi yang cukup besar dari hampir 1,8 miliar total tenaga kerja di seluruh dunia.

Masalahnya adalah budaya ‘lembur’ ini cenderung kontraproduktif dalam mencapai tujuan menyelesaikan lebih banyak hal, atau setidaknya menetapkan harga yang sangat besar untuk melakukannya.

Kerja terus-terusan meningkatkan risiko kecelakaan, meningkatkan tingkat stres, dan bahkan menyebabkan rasa sakit fisik. Tapi masalahnya, banyak orang tidak bisa tidak melakukannya.

Ada banyak bukti bahwa kerja lembur mengurangi produktivitas serta membuat merasa, dan benar-benar menjadi, kurang sehat. Lembur juga membuat Anda lebih rawan terhadap berbagai macam penyakit.

Tetap saja, jutaan pekerja tampaknya tidak mampu berhenti melakukannya, dari petugas kesehatan sampai pekerja ‘gig economy’ dan pekerja lepas. Lalu apa yang terjadi? Dan, apa yang bisa kita – yang tidak dapat menahan diri untuk bekerja pada Sabtu malam – lakukan terkait hal itu?

Sekilas tampaknya sudah jelas: orang yang terlalu banyak bekerja lelah; maka lebih mungkin untuk mengalami kecelakaan di tempat kerja. Tetapi membuktikan ini ternyata sangat sulit.

Mungkin hal tersebut dikarenakan pekerjaan berisiko juga memiliki jam kerja yang lebih menuntut, atau orang yang bekerja lebih lama menghabiskan lebih banyak waktu dalam risiko, bahkan jika mereka tidak lembur.

Tapi sebuah studi yang menganalisis 13 tahun catatan pekerjaan di AS menemukan bahwa “pekerjaan dengan jadwal lembur terkait dengan tingkat bahaya cedera 61% lebih tinggi dibandingkan dengan pekerjaan tanpa lembur”.

Baca Juga :  Kembali, Warga Batubara Ditabrak Kereta Api di Medang Deras, Ini Kata Ketua PD Alwasliyah

Studi tersebut tidak menyebutkan bahwa kelelahan adalah penyebab utama peningkatan risiko ini, tetapi ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa itu mungkin terjadi.

Misalnya, jika bangun pada jam 8 pagi dan masih bangun pada jam 1 pagi hari berikutnya (berarti Anda sudah bangun selama 17 jam penuh), kinerja fisik Anda kemungkinan akan lebih buruk daripada jika Anda memiliki konsentrasi alkohol dalam darah sebesar 0,05%.

Ini adalah level yang rata-rata didapatkan oleh seorang pria dengan berat badan 73kg jika dia minum dua kaleng bir 355ml. Ya, Anda bagaikan mabuk saat kerja lembur.

Jika Anda tetap terjaga sampai jam 5 pagi, kerusakannya akan sama dengan memiliki konsentrasi alkohol dalam darah 0,1%—lebih dari 0,08% yang dianggap sebagai batasan yang diizinkan untuk mengemudi oleh hukum di sebagian besar negara di dunia.

Jadi, begadang akan membuat kinerja fisik (seperti waktu reaksi atau koordinasi) terganggu seolah-olah Anda terlalu mabuk untuk mengemudi. Dan jika tidak dapat mengemudi, dapatkah bekerja dengan aman dan kompeten?

Mungkin mengetik di komputer tidak terlalu berisiko, tetapi ini adalah sesuatu yang pasti layak dipertimbangkan ketika melakukan pekerjaan manual atau fisik, atau jika pekerjaan menuntut perhatian terhadap detail.

Penelitian baru-baru ini yang dipimpin oleh Alex J Wood, dari Oxford Internet Institute, mengungkap bahwa algoritma yang memberikan tugas kepada para pekerja ini adalah pendorong kuat untuk kerja lembur yang terus-terusan.

Baca Juga :  Perempuan Berkemajuan di Tanah Para Pekerja

Pada dasarnya, semakin tinggi peringkat di platform ini, semakin besar peluang untuk dipekerjakan. Akan tetapi untuk mendapatkan ulasan yang bagus ini, para pekerja harus mengakomodasi semua yang diinginkan klien mereka, dengan sedikit ruang untuk negosiasi demi mendapatkan kondisi yang lebih baik.

“Mereka harus tersedia untuk berkomunikasi kapanpun mereka diinginkan. Jika klien memberi tenggat yang sangat singkat, mereka harus menerimanya. Jika tidak, mereka akan diberi peringkat buruk,” kata Wood dalam sebuah wawancara.

Jika si pekerja tidak berada di peringkat teratas, tekanan ini meningkat. Beberapa mencoba untuk menarik lebih banyak pekerjaan dengan memasang upah yang sangat rendah, memaksa mereka untuk bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang untuk sedikit uang.

Selain itu, sebagian besar dari para pekerja ini juga menginvestasikan sejumlah besar tenaga kerja tidak dibayar pada pekerjaan admin seperti menyiapkan profil, menawar untuk pekerjaan di platform, dan mempelajari keterampilan untuk membuat profil yang lebih menarik. Semua pekerjaan ini menambah rutinitas yang sangat panjang dan melelahkan.

Seperti dikatakan seorang responden dalam penelitian Wood berkata, “Saya bangkrut, ini ada orang yang siap memberi saya uang, jadi kenapa saya tidak mau kerja 18 jam sehari?” (SB/bbc/i/01)

Tinggalkan Balasan

-->