Rupiah Melemah, Pengamat: Tak Akan Berlangsung Lama
Sentralberita| Jakarta~Pengamat Ekonomi, Poltak Hotradero mengatakan, pelemahan Rupiah yang terjadi pada tahun ini tidak separah saat 2013. Pada saat itu, ada muncul istilah taper tantrum, yaitu efek yang ditimbulkan oleh rencana Amerika Serikat untuk menaikkan suku bunganya, meski tidak kunjung dilakukan.
Namun akibat adanya rencana tersebut, langsung memukul mata uang negara lain, termasuk rupiah.Pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD) diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Setidaknya, sebelum 6 bulan, Rupiah diprediksi sudah kembali normal.
“Pada tahun 2013, itu yang disebut taper tantrum. AS sengaja membikin tingkat suku bunganya rendah supaya tingkat bunganya tumbuh. Karena saat itu pasca Lehman Brother, perlu penyembuhan dengan stimulus. Saat itu The Fed cuma bilang ada rencana akan memikirkan untuk menaikkan suku bunga. Itu langsung orang shock, ada negara yang melemah mata uangnya,” ujar dia di kawasan Pattimura, Jakarta, Kamis (17/5).
Saat itu, Rupiah melemah cukup tajam, yaitu berkisar antara 12 persen hingga 20 persen, atau dari Rp 9.000-an menjadi Rp 12.000 per USD.
“Ini kalau dibandingkan dulu, pelemahannya 20 persen, itu jauh lebih melemah. Dari dolar Rp 9.000, kemudian naik tajam. Ini perlu kita perhatikan,” kata dia.
Jika melihat besaran persentase pelemahan serta kenaikan suku bunga yang telah dilakukan oleh AS, maka harusnya pelemahan saat ini tidak akan berlangsung lama seperti yang terjadi di 2013. (SB/mc)