Ini Sosok Pekerja Sosial itu, Begini Katanya Tentang Lingkungan Hidup dan Wanita di Medan
Sentralberita| Medan~ Wanita yang satu ini dikenal sebagai wanita yang super sibuk dan punya seabreg kegiatan dan tak hen-hennya beraktas ini. Dan, juga sebagai seorang akvis lingkungan yang cukup dikenal di Kota Medan, wanita ini juga banyak menyoro peran dan kiprah wanitanya sendiri.
Tak ada salahnya kita terus mengapresiasi wanita yang tak hen-hennya berkampanye tentang lingkungan yang bersih dan asri.
Wanita yang cukup dikenal dak saja sebagai aks lingkungan masyarakat Kota Medan tapi dia menyebutkan dirinya kalau dia adalah seorang pekerja sosial. “ Saya akui saya memang suka berteman dan bergaul serta suka bersosialsasi kemana-mana. Terutama ke ibu-ibu di Kelurahan dan organisasi-organisasi perempuan,” kata Dewi Budia Teruna Jasa Said saat ditemui Sentralberita.com, dirumahnya Komplek Koserna, belum lama ini
.Menurut Dewi, pekerja sosial konsekwensinya adalah tak punya duit. “ Prinsip saya jangan mengejar hal yang lain karena seorang pekerja sosial itu adalah profesi yang harus ditekuni bukan main-main. Dan, saya dikenal orang karena saya hanya menekuni bidang yang satu saja. Dan, itu sayalakoni sudah dari tahun ke tahun dan bukan waktu yang sebentar juga,” papar Dewi sumringah.
Sebagai seorang perempuan yang cukup akf. Perempuan yang selalu terlihat energik ini menghimbau agar perempuan-perempuan Sumut jangan menyia-nyiakan waktu sehari-hari dengan percuma.
“ saya ingin perempuan-perempuan Sumut jangan menyia-nyiakan waktu untuk hal-hal yang dak penng. Marilah bersama-sama kita berpikir, jika sumber daya kita disatukan dalam satu cita-cita yuk.. kita bikin organisasi social kemasyarakatan dan focus.”
Dalam prestasinya untuk lingkungan, wanita ini berhasil mencanangkan Medan Berhias. “Walau pun belum opmal tapi saya yakin Kota Medan itu akan menuju ke arah yang sama-sama kita inginkan. Tak lupa saya terus bersosialisasi pada seap keluarga rumah tangga untuk menanam pohon sendiri di halaman rumahnya.”
Jika ada yang bilang halaman rumah mereka dak ada lagi. “ Bisa tanan cabai dan bumbu dapur di dalam p[ot. Bisa 20 pot cabai dan 10 pot bumbu dapur. Itu semua bisa membantu perekomian kita sehari-hari. Sekarang ini saya lagi menggencarkan gerakan Pertanian Perkotaan dengan menanam tanaman kebutuhan rumah tangga sehari-hari di halaman rumah.”
Menurut Dewi, kita semua harus bangkit sendiri dan mengembangkan terus apa yang kitabisa. “ Bangkit secara mandiri dan berkesinambungan.Lagi pula Pertanian Perkotaan itu adalah sarana tanam daun ubi daun katu dan tanaman-tanaman ‘hidup’ lainnya di pekarangan. Tak ada halaman pakai pot juga bisa karena tanaman itu hanya butuh air dan sinar matahari tak butuh yang lain-lain.”
Dengan gebrakannya yang bisa dibilang berhasil itu. “ Saya pernah di tawarin dinas Kesejahteraan Lingkunga Hidup Nasional untuk mengumpukan data-data agar saya bisa menerima penghargaan Kalpataru,” aku Dewi lagi yang selain akvis lingkungan juga sesekali turut bekerja untuk media ini.
Tapi,” saya belum siap. Seorang yang meraih Penghargaan Kalpataru itu dak bisa asal- asalan. Saya justru malah mendorong orang lain yang lebih pantas untuk meraih Penghargaan Kalpataru itu. Pak Sahdan dari Labuhan dia seap hari menamam pohon Mangrove. Dan, sekarang pohon Mangrove nya itu tumbuh subur dan sudah tumbuh dimana-mana.”
Ada juga Pak Sembiring,” dia suka sekali menanamin pohon di hutan-hutan dan hasil nya sudah bisa kita rasakan. “ Semoga Program Pertanian Perkotaan saya ini ke depannya akan membuat Kota Medan serasa seper suasana di pedesaan. Agar kesadaran orang untuk selalu menjaga lingkungan terusdipupuk,” ujar istri dari Pimred Harian Waspada, Teruna Jasa Said.
Sebelum program yang sekarang ini Dewi sudah membuat bank sampah yang ditaruh di kantor-kantor Kelurahan, Camat dan Instansi-instansi Pemerintahan lainnya serta di rumah-rumah warga.
“ Sebenarnya program itu bagus, cuma sayangnya program bank sampah saya itu dak diteruskan lagi oleh Pemerintah. Sayang sekali. Takut saya nanti kalau kita akan mengalakkan bank sampah lagi kita akan memulainya dari bawah lagi,” kata Dewi sedikit menyesali.
Perempuan ini juga menyarankan agar kita berbuat terus untuk berkampanye tentang kebersihan kota. “ Kita harus terus berkampanye tentang kebersihan. Kalau pemerintah serius buatlah peraturan UU nya seper apa.”
Sisi lain tentang wanita
Dalam menilai perempuan atau wanita Medan, wanita yang suka bersosialisasi ini punya penilaian tersendiri buat ibu-ibu Kota Medan. Menurut Dewi, menilik dari kiprah kaum perempuan dan wanita Kota Medan, Dewi mengaku sangat salut pada inang-inang yang menurut nya hanya ada pada suku Batak.
“ Di seluruh Indonesia mungkin mengenal kemampuan Inang-inang itu seper apa. Bagi saya mereka adalah perempuan-perempuan yang tangguh. Dari bangun pagi berladang atau berjualan.
Dan, hanya memikirkan bagaimana anaknya bisa sekolah. Bahkan secara psykologis mereka dak lagi memikirkan pysik nya tapi yang mereka pikirkan bagaimana caranya anak mereka bisa makan dan sekolah. Sehingga diberi lah lable bahwa perempuan Sumut itu tangguh,” jelas wanita yang dak pernah mau diam ini.
Seiring dengan berjalannya emansipasi, sayangnya wanita Sumatera Utara itu dak ada yangmenonjol secara nasional apalagi Intenaonal. Wanita itu tak bisa mengambil peran seutuhnya mungkin ini karena kesetaraan gender atau adat yang terbelenggu dan yang melekat bahwa suami itu di atas segala-galanya sehingga terkadang wanita Sumut itu dak 100 persen mencapai karir sampai ngkat atas.
Menurut Dewi, wanita Sumut hanya cukup puas berkiprah sebagai dosen, anggota DPRD danlain-lain. “ Memang semua itu bagus asal mereka bisa menjadi contoh seper kehidupan Inang-inang
- yang saya sebutkan diatas. Walau pun mereka sukses di kehidupan mereka tapi mereka dak melupakan suami dan anak-anak,” ujar ibu dari 5 orang anak dan 1 orang cucu ini.Dengan maraknya sekarang dibentuk Pengajian-pengajian khusus Ibu-ibu.
“ Saya mengapresiasi bahwa kegiatan itu bagus dan posif. Cuma dari Pengajian itu jadilah kita seorang Ibu yang berprestasi dan yang bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan sosial di sekitar kita, jadi innya harus memperbear Pengajian atau organisasi,” imbuh Dewi lagi.
Sekarang ini sudah seharusnya Menteri Peranan Wanita lebih mendorong untuk membuat UU tentang keberadaan wanita agar kita bisa dilihat sebagai sosok perempuan yang benar-benar menonjol.
Kementerian Peranan Wanita, BKOW, ormas ormas perempuan agar terus bisa mendorongperempuan itu untuk lebih berkarya lagi. “ Sayangnya pada seap Pengajian dan Wirid Ibu-ibu dak pernah diselipkan pembicaraan dari seorang pakar agar dia bicara bagaimana mensosialisasikan seorang ibu itu bisa terjun ke masyarakat untuk hal-hal yang posif.”
Menurut Dewi, sejak anak-anaknya mulai besar dan di sekolahnya anak-anak sudah banyakkegiatan ekstra kurikuler. Sehingga,” saya punya banyak waktu untuk bermasyarakat karena memang dasarnya saya orangnya dak suka diam,” tutup Dewi dengan senyum sumringa. (SB/01/DS)