2nd Sumatranomics 2021, UMKM dan Pariwisata Paling Diminati
Kepala Perwakilan BI Sumut Soekowardojo bersama pemenang Call for Paper 2nd Sumatranomics 2021 di Hotel City Hall dan juga secara virtual zoom Jumat (29/10). (sb/f-wie)
sentralberita | Medan ~ Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara (BI Sumut) bekerjasama dengan Dewan Riset dan Inovasi Provinsi Sumut (DRIn) melaksanakan kegiatan presentasi dan konferensi Call for Paper 2nd Sumatranomics 2021 di salah satu hotel di Medan, Kamis-Jumat (28-29/10) dan secara virtual sekaligus mengumumkan pemenangnya.
Kepala Kantor Perwakilan BI Sumut, Soekowardojo dalam sambutannya menuturkan, kegiatan presentasi tersebut merupakan rangkaian acara 2nd Sumatranomics 2021. Sebelumnya, telah terlaksana secara sukses webinar series sebanyak dua kali pada tanggal 15 Juli 2021 dan 16 Agustus 2021 yang bertujuan memperkaya pemahaman seputar kondisi perekonomian Sumatera dan digital economy guna mendorong akselerasi pemulihan ekonomi berkelanjutan.
“Dari hasil pengamatan kami, subtema terkait UMKM, pariwisata dan kemiskinan cukup diminati peserta call for paper ini. Namun, subtema ekonomi hijau, digitalisasi, vaksinasi hingga ekonomi syariah juga menjadi pilihan mereka. Sebaliknya, kami mendapati telaah manufaktur masih relatif minim,” ujarnya.
Disebutkannya, kegiatan penjaringan call for paper itu sudah berlangsung sejak Juni-September 2021 yang terbagi pada dua kategori yaitu general paper dan regional economic modelling paper. Setelah proses penjaringan, diperoleh 82 paper lalu diperoleh lagi 15 paper yang lolos sebagai finalis.
“Setelah melewati penilaian yang ketat oleh tim juri dalam menentukan tiga paper teratas untuk masing-masing kategori baik General Paper dan Regional Economic Modelling Paper, hari ini kita akan menyaksikan bersama-sama presentasi langsung dari para finalis terpilih (6 kandidat pemenang),” tandasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, mayoritas paper yang lolos dalam 15 besar berasal dari Jawa dan Sumatera. Pihaknya berharap ajang ilmiah seperti itu nantinya dapat memacu keunggulan sumber daya yang lebih merata di seluruh Indonesia.
“Sebab, di tengah pemulihan ekonomi yang terus berlangsung, kami memandang perlunya kerja keras dari seluruh pihak untuk membangun negeri. Pemikiran kritis bagaimana mendorong pemulihan ekonomi mutlak dibutuhkan, terutama dalam menyongsong era kenormalan baru. Terkait hal ini, riset dan inovasi sejatinya menjadi modal utama untuk melakukan lompatan kemajuan, terlebih pada momen krisis,” katanya.
Ia menambahkan, bersama inovasi, pihaknya meyakini riset menjadi kunci dalam perbaikan produktivitas dan daya saing daerah serta SDM yang unggul.
“Berbagai rekomendasi riset kami harapkan dapat menciptakan pengetahuan, membuka cakrawala, serta memberikan nilai tambah bagi seluruh pihak, baik civitas akademika maupun pemangku kebijakan,” pungkasnya.
Konferensi dilanjutkan dengan pengumuman pemenang Call For Paper 2nd Sumatranomics serta penyerahan hadiah langsung oleh Soekowardojo selaku Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara. Juara 1 General Paper diraih oleh Laurencius Farel Dwi Putranto, dengan paper berjudul “Jalur Alternatif Pertumbuhan Ekonomi dan Pembangunan Berkelanjutan : Studi Pengaruh Penerapan Ekonomi Sirkular di Pulau Sumatera”. Sementara.
Juara 1 Regional Economic Modelling Paper diraih oleh Dewi Widyawati dan Dede Yoga Paramartha dengan paper berjudul “Adopsi Simultanitas Adopsi Teknologi dan Perekonomian Regional di Pulau Sumatera”.
Kegiatan konferensi kembali dilanjutkan dengan paparan dari Juda Agung, Asisten Gubernur Bank Indonesia dengan tema “Transition Towards Green Finance : Macroprudential Policy Response”.
Dalam paparannya disampaikan bahwa Bank Indonesia sebagai bank sentral memiliki concern terhadap perubahan iklim dan ekonomi hijau, hal ini didorong oleh kerusakan lingkungan dan perubahan iklim yang dapat menimbulkan risiko fisik dan risiko transmisi yang berimplikasi pada stabilitas moneter dan stabilitas sistem keuangan.
Namun, risiko transmisi ini dapat diatasi dengan komitmen dan aksi yang jelas serta dukungan peluang investasi di sektor hijau yang sangat besar di Indonesia. Hal ini turut didukung oleh adanya Global Framework sebagai integrasi green finance kedalam kerangka kebijakan Bank Sentral serta adanya transformasi kelembagaan Bank Indonesia hijau sebagai teladan bagi industri keuangan dalam melakukan transformasi. (wie)