Surat Berharga Komersial Alternatif Pendanaan Nasional

Dari kiri ke kanan, moderator, Deputi Direktur Kelompok Pengaturan dan Perizinan Pasar Keuangan BI Ratna Doloksaribu, Kepala Grup Pengembangan Infrastruktur, Kredibilitas dan Pengaturan Pasar Keuangan BI Priyanto.Budi Nugroho, Kepala Divisi Invesment Banking PT BNI Sekuritas Tulus Nababan, Advisor to Board of Directory PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Fatah Sulaiman Ponorogo dan Kepala Grup Advisory dan Pengembangan KPw BI Provinsi Sumut Ibrahim pada sosialisi Surat Berharga Komersial di Hotel JW Marriot Medan Jumat (8/11/2019).

sentralberita|Medan~Dalam rangka meningkatkan minat korporasi non-bank untuk dapat menerbitkan SBK, Bank Indonesia mengadakan sosialisasi bertajuk Peran Surat Berharga Komersial (SBK) sebagai sumber pendanaan perekonomian nasional.

Acara sosialisasi itu berlangsung di Hotel JW Marriot Medan Jumat (8/11) dihadiri
Deputi Direktur Kelompok Pengaturan dan Perizinan Pasar Keuangan BI Ratna Doloksaribu, Kepala Grup Pengembangan Infrastruktur, Kredibilitas dan Pengaturan Pasar Keuangan BI Priyanto Budi Nugroho, Kepala Divisi Invesment Banking PT BNI Sekuritas Tulus Nababan, Advisor to Board of Directory PT Perusahaan Pengelola Aset (PPA) Fatah Sulaiman Ponorogo dan Kepala Grup Advisory dan Pengembangan KPw BI Provinsi Sumut Ibrahim. Sosialisasi ini dihadiri oleh korporasi, asosiasi, perbankan, dan regulator.

Acara sosialisasi dibuka dengan pemaparan mengenai perkembangan ekonomi terkini dan peran SBK dalam mendukung pembangunan nasional, yang kemudian dilanjutkan dengan paparan mengenai kondisi dan potensi ekonomi Provinsi Sumatera Utara. Selanjutnya dalam diskusi panel, dipaparkan pengenalan instrumen SBK dari perspektif arranger, pokok-pokok pengaturan SBK, dan peran SBK

Kepala Grup Pengembangan Infrastruktur, Kredibilitas dan Pengaturan Pasar Keuangan BI Priyanto Budi Nugroho mengatakan Medan
merupakan kota berskala ekonomi terbesar di Sumatera. Kegiatan ini merupakan lanjutan dari serangkaian kegiatan sosialisasi SBK yang sebelumnya telah diselenggarakan di bulan Mei dan September 2019 di Jakarta, serta Oktober 2019 di Makassar, Sulawesi Selatan.

“Surat Berharga Komersial sebagai salah satu alternatif pendanaan kegiatan usaha dari perspektif calon issuer,” ungkapnya.

Ia mengharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan awareness pelaku pasar bahwa saat ini telah tersedia instrumen pendanaan jangka pendek bernama Surat Berharga Komersial (SBK) yang dapat dimanfaatkan oleh korporasi non-bank yang memenuhi persyaratan untuk mendapatkan pendanaan jangka pendek di pasar uang.

“Pendanaan melalui pasar uang ini akan dapat melengkapi portofolio pendanaan korporasi jangka panjang melalui pasar modal dan perbankan,” ungkap Priyanto.

Untuk mendukung penerbitan dan transaksi Surat Berharga Komersial, Bank Indonesia telah melakukan penyempurnaan ketentuan dengan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia dan Peraturan Anggota Dewan Gubernur, yang antara Iain mencakup penerbitan, lembaga pendukung pasar SBK, keterbukaan informasi, transaksi SBK, manajemen risiko, pelaporan, serta pengawasan. Terkait dengan lembaga pendukung, sampai dengan 6 November 2019, telah terdaftar di Bank Indonesia sebanyak 5 penata laksana/arranger, 2 Iembaga pemeringkat, 58 konsultan hukum, 89 akuntan publik, 5 notaris, 4 perantara/brokers, 19 kustodian, 2 penerbit, dan 2 penerbitan SBK.

Ke depan, katanya, Bank Indonesia akan terus berkoordinasi dengan otoritas terkait untuk melakukan harmonisasi regulasi, khususnya regulasi yang mengatur lembaga-Iembaga jasa keuangan yang dapat memanfaatkan SBK sebagai alternatif pendanaan jangka pendek dan juga sebagai investasi. Selain itu, Bank Indonesia juga akan melakukan berbagai kegiatan sosialisasi dan edukasi kepada potensial issuer dan investor demi mendorong berkembangnya pasar Surat Berharga Komersial.

Kepala Grup Advisory dan Pengembangan KPw BI Provinsi Sumut Ibrahim mengatakan Medan sangat potensial bagi pasar SBK. Ekonomi global, terutama perang dagang AS-China berpengaruh terhadap perlambatan ekonomi dunia yang juga berdampak pada ekonomi regional. Namun pertumbuhan ekonomi Sumut triwulan III sebesar 5,11 persen, masih lebih tinggi dari nasional 5,02 persen.Di Pulau Sumatera, kontribusi Sumut sebesar 23 persen.

Potensi ekonomi Sumut antara lain dari kelapa sawit, kopi, karet yang kolerasinya dengan industri pengolahan cukup besar. “Sehingga pilihan masyarakat untuk berinvestasi di Surat Berharga Komersial dapat menjadi alternatif,” kata Ibrahim. (SB/wie)