Perjalanan Asik..! Studi Komperatif ke Pulau ‘Seribu Masjid’
Sentralberita| Medan~Rombongan wartawan unit DPRD Medan berangkat menuju kota Lombok, dilepas Sekwan yang diwakili Humas
Yulizar dari halaman gedung DPRD Medan yang ditandai dengan poto bersama setelah memberikan pengarahan, Rabu (4/10/2017.
Bermalam di Hotel Central INN Lombok,Esoknya, Kamis (5/10/2017, rombongan wartawan dalam studi koperatif itu mengunjungi DPRD Lombok Barat. Dalam dialog dan tanya jawab tersebut, Sekretaris DPRD Lombok Barat Isnanto mengungungkapkan tentang uji coba penyiaran informasi secara audio visual, yakni dengan menggagas TV Parlemen.
Kepada jurnalis yang diarsiteki Rifki Warisan dan Satriadi Tanjung itu lebih lanjut diungkapkannya, belum adanya anggaran untuk pengoperasian TV Parlemen, sehingga pihaknya menggunakan media sosial facebook untuk menyebarluaskan informasi.
Sambil menyampaikan, anggota DPRD Kabupaten Lombok Barat berjumlah 45, luas wilayah 1053 Km persegi, dan jumlah penduduk lebih dari 600 ribu yang berdomisili di 10 kecamatan.TV Parlemen itu katanya, akan menyiarkan berbagai aktivitas DPRD seperti Rapat Paripurna, Rapat Pansus, dan dialog dengan para eksekutif atau pemerintah Kabupaten Lombok Barat.
Selain menggunakan setiap ruangan di kompleks DPRD Lombok Barat, proses produksi TV Parlemen juga dapat memanfaatkan lobi-lobi hotel yang ada di Pulau Lombok.
Usai pertemuan, rombongan wartawan unit DPRD Medan mengunjungi DPRD Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat. Tiba sekitar pukul 12.00 Wita, wartawan unit DPRD Medan diterima Kasubag Persidangan DPRD Kota Mataram Munawir.
Halnya seperti di Lombok Barat, di Mataram kegiatan parlemennya juga mempublikasikan di media lokal, pihaknya juga aktif memperbaharui website DRPD Kota Mataram.
“Kami memiliki satu orang yang fokus memperbaharui website. Setiap kegiatan di DPRD ada di sana,” ucap Munawir. Tak berbeda jauh dengan Kabupaten Lombok Barat, publikasi kegiatan DPRD Medan juga dilakukan dengan audio visual.
DPRD Mataram menggunakan empat televisi lokal NTB untuk meliput agenda DRPD.”Pemberitaan secara audiovisual memang dilakukan kabupaten/ kota di NTB. Ini bukan peraturan gubernur tapi inisiatif pimpinan kabupaten dan kota masing-masing,” pungkasnya.
Setelah menginap lagi di Hotel Central INN Lombok, esoknya (6/10/2017) rombongan menyeberang menuju Gili Trawangan, Lombok, bermalam di Pulau yang dipadati wisata manca negara itu, terlihat betapa indahnya terutama bibir pantai yang tertata cukup baik, demikian pula pelayanan-pelayanan bagi pelancong.
Lokasi wisata yang diminati oleh para pelancong mancanegara salah di antaranya Pulau Gili Trawangan karena menawarkan pesona bibir pantai dan tempat hiburannya
Mereka menikmati keindahan alam pulau tersebut, bahkan hingga larus malam. Selain bersantai dibibir pantai, ada yang naik sepeda dan hingga malamnya mereka menikmati musik hingga larut malam.Bahkan, salah seorang pelancong asal Inggris mengaku, selain Lombok ia hanya mengenal Bali sebagai tempat wisata di Indonesia, sementara Danau Toba sama sekali tak diketahunya.
“Saya tak tahu Danau Toba, saya tak tahu Sumatera Utara,” ucap Raheem (Sudah diterjemahkan) di Gili Trawangan, Jumat (6/10/2017).
Selain pemandangan bibir pantai yang indah, pulau ini juga memiliki tempat hiburan malam yang bervariasi.
Untuk snorkeling, pelancong dibebankan tarif Rp 80 ribu hingga Rp 120 ribu per empat jam, tergantung fasilitas yang diminta.
Fish Garden lokasinya tak jauh dari Gili Air, di sana bisa lihat beragam ikan, seperti Nemo, Cabarat Fish, Parrot Fish, dan lainnya. Kalau di Turtle Point ini tempat turis melihat penyu ada dua jenis, penyu belimbing dan penyu hijau. Sedangkan Gili Meno Wall untuk melihat patung-patung dalam air,” sambungnya.
Suatu hal yang menarik, setelah menyempatkan diri menyinggahi toko mutiara, dan toko-toko makan dan pakaian di Pulau Gili Trawangan-Lombok ketika menyinggahi perkampungan adat suku Sasak.
Perkampungan ini memiliki luas 3,5 hektar yang berisi 155 rumah tradisional, uniknya rumah-rumah tradisional tersebut kerap dilemuri kotoran lembu.
Pemandu wisata bernama Ombo menceritakan bahwa rumah-rumah ini sudah berusia lima abad. Adat istiadat di Dusun Sasak ini pun masih terus dijalankan.
“Ini perkampungan asli Suku Sasak namanya Sade. Sudah lima abad. Kami semua masih menjalankan tradisi leluhur. Ada 155 rumah, jumlah penduduk lebih dari 700 orang,” ucap Ombo, Jumat (7/10/2017).
Atap rumah terbuat dari ilalang, sekitar 7 tahun atap rumah pun dibongkar dan diganti ilalang baru.
Apabila masyarakat ingin menikah maka disarankan untuk menikahi penduduk Dusun Sasak, yakni dengan perkawinan curi dan perkawinan lari. Hal ini, sebut Ombo, untuk mempererat tali persaudaraan.
“Kalau mau menikah tak perlu tunangan atau lamaran, langsung dicuri atau dibawa lari. Nanti tertua kampung yang menginformasikan jadwal pernikahan,” sambungnya.
Pelancong tak perlu khawatir apabila ingin membawa oleh-oleh, di kompleks perkampungan dijual kain tenun, kalung, gelang, gantungan kunci, hingga kaos.
Rifki Warisan dan Satriadi Tanjung sebagai pimpinan rombongan mengungkapkan, merasa puas dan bangga melakukan studi komparatif ke Lombok dan kagum terhadap gerakan sadar wisata di provinsi Nusa Tenggaran Barat (NTB)itu.
Selain, keramahtamahan masyarakatnya yang dijuliki “Pulau Seribu Masjid” itu menerima wisatawan asing dan domestik yang juga penataan wisatanya pun cukup baik. Masyarakat lokal yang tergabung dalam kelompok sadar wisata turut berperan aktif menjaga kondusivitas keamanan di berbagai obyek wisata.(SB/husni l)
158451 528640It is truly a cool and beneficial piece of data. Im glad which you shared this helpful information with us. Please maintain us informed like this. Thanks for sharing. 367517