RADIKALISME AGAMA DALAM SUATU PENDEKATAN TEORI

Ahmad Chairuddin
Ahmad Chairuddin

OLEH ; AHMAD KHAIRUDDIN, M.Si

Fenomena sosial belakangan selalu membuat heboh jagat raya, termasuk dengan maraknya prilaku Radikal di masyarakat. Stabilitas Nasional dapat terganggu dengan munculnya radikalisme tersebut.
Secara explisitas bisa saja gerakan radikalisme sengaja di munculkan kepermukaan oleh elit penguasa namun bisa juga karena keinginan pihak itu sendiri yang menginginkan perubahan pada sistem nilai dan sosial. Dilihat dari kajian akademik maka radikalisme.dapat diklasifikasikan menjadi;
Ilmu Sosial: Agama sebagai fakta sosial yang memiliki banyak dimensi.
Antropologi: Adanya prilaku keagamaan yang berasal dari proses akulturasi maupun inkulturasi budaya.
Psikologi: Agama mampu menghadirkan gejala kejiwaan yang khas.
Sosiologi: Agama telah melahirkan kelompok-kelompok dan prilaku sosial. Mengingat agama memiliki banyak dimensi, maka pendekatan (baik dalam mendiagnosa, menganalisis maupun dalam penyelesaian) permasalahan radikalisme agama harus bersifat multi-disipliner dan multi-dimensional.

Radikalisme sebagai Masalah Sosial Radikalisme adalah suatu paham yang menghendaki adanya perubahan, perombakan dan pergantian terhadap suatu sistem sosial sampai ke akarnya dan dilakukan secara total. Apabila dianggap sangat perlu maka bisa saja dilakukan dengan menggunakan cara-cara kekerasan. Karena itu radikalisme agama merupakan masalah sosial yang kehadirannya tidak diinginkan oleh masyarakat.

Baca Juga :  Rasa Aman, Damai, dan Persaudaraan Adalah Nikmat Anugerah Allah yang Wajib Disyukuri

Untuk dapat menelaah radikalisme agama maka dapat kita lihat bebera teori yang meliputi
Funsional Struktural
Konflik internal/personal maupun institusional
Interaksional simbolik

Demokrasi rakyat yang “lapar” di tambah tidak “berpendidikan” dapat melahirkan persepsi yang negative, dan mudah terbawa akan sikap-sikap emosional karena kurangnya pemahaman yang komprehensip. Ini menjadi problematika dalam poros kehidupan di masyarakat sehingga selalu terjadi perbedaan pandangan dan pendapatan.

Dua Asumsi Dasar: Pertama, masalah sosial merupakan efek tidak langsung dari pola tingkah laku serta sistem sosial yang ada. Oleh karena itu radikalisme agama harus dilihat sebagai efek atau akibat dari pola, sistem nilai maupun struktur sosial yang ada.

Kedua, Dalam setiap struktur sosial, pasti ditemukan orang-orang yang bisa beradaptasi dengan struktur sosial dan sistem nilai dan juga ada orang-orang yang menyimpang. Radikalisme agama merupakan suatu bentuk prilaku yang menyimpang secara sosial.

Baca Juga :  Distorsi Politik dan Ekonomi Dalam Sengkarut Pembangunan Nasional

Radikalisme Agama sebagai Deviasi Sosial
Deviant (orang-orang yang prilaku tidak sejalan dengan sistem nilai dan sistem sosial yang telah disepakati bersama) bisa terjadi karena banyak faktor. Dalam kaitannya dengan pemahaman keagamaan, deviasi sosial bisa saja muncul ketika model pemahaman seseorang berbeda dengan umumnya orang menafsirkan.

Model pemahaman tekstual, membuat orang terpasung oleh teks, sementara pendekatan pemahaman romantik dalam memandang sejarah masa lalu juga bisa membuat orang menjadi kehilangan daya kritis. Dua model pendekatan dalam memahami ajaran agama ini sangat mungkin membuat seseorang mengalami konflik nilai.

Jika konflik nilai terjadi berkepanjangan pada diri seseorang, maka ketakutan, kecemasan dan frustasi akan mengendap pada jiwa seseorang (Gordon, 1993: 393). Ketakutan dan kecemasan inilah yang kemudian melahirkan tiga macam sikap seperti rigiditas, agresif dan schizophrenia.

Dikirim dari Ponsel Huawei saya

Tinggalkan Balasan

-->