BEI Dorong Investor Saham Syariah


Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Medan Muhammad Pintor Nasution.

sentralberita|Medan~PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mendorong peningkatan investor saham syariah karena potensi dan pertumbuhannya cukup bagus serta paling tinggi.

Kepala Perwakilan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Medan Muhammad Pintor Nasution mengatakan hal itu kepada wartawan di kantornya Rabu (10/4) di sela sosialisasi Pasar Modal Syariah yang diikuti mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Medan antara lain UINSU, USU, UMSU dan UNIMED. Mahasiswa itu tergabung dalam Forum Studi Ekonomi Islam (FOSEI).

Pintor mengatakan perkembangan pasar modal syariah belakangan ini cukup pesat. Perbedaan saham konvensional dan syariah tidak terlalu siginifikan, tetap berpola pada sistem bagi hasil.

Bedanya hanya pada emiten (perusahaan go public) dan perusahaan pialang (sekuritas) yang ditunjuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Jadi untuk emiten syariah, perusahaan yang tidak boleh dibeli seperti perbankan konvensional karena riba (perbankan syariah seperti BRI, BTN, Panin boleh), perusahaan rokok atau minuman keras dan sebagainya. Tidak boleh utang lebih besar dari aset dan rasio pendapatan non halal terhadap total pendapatan lebih kurang 10 persen.

“Begitula pula untuk perusahaan sekuritas juga yang ditunjuk Dewan Syariah Nasional,” kata Pintor.

Ia menyebut saat ini dari total 624 emiten diantaranya 403 emiten merupakan saham syariah di Pasar Modal yang ditunjuk Dewan Syariah Nasional (DSN). Efek syariah lainnya, Reksadana, Sukuk Negara 36, Sukuk Korporasi 102. Perusahaan sekuritas ada 116, dari jumlah itu hanya 13 perusahaan yang syariah.

Secara nasional, kata Pintor, total kapitalisasi pasar saham Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI total Rp7.416 triliun, dari jumlah itu saham syariah Rp3.862 triliun atau 52 persen. Nilai IHSG Rp28.015 miliar, diantaranya saham syariah Rp7.576 miliar atau 27 persen. Volume saham IHSG 23.058 saham, diantaranya syariah 10.267 saham (45 persen). Frekuensi IHSG 490.180 diantaranya saham syariah 323.113 (66 persen).

Menurut Pintor, investasi saham syariah di Pasar Modal merupakan transaksi jual beli saham syariah dengan mekanisme tawar menawar secara berkelanjutan. Penerapannya sesuai dengan peraturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK no. 15/POJK.04/2015
tentang prinsip syariah di Pasar Modal.

Kepada mahasiswa, Pintor menyebutkan mulai sekarang mahasiswa sudah boleh berinvestasi efek syariah di Pasar Modal. Namun sebelum berinvestasi, kenali dulu perusaahaan efek, termasuk saham syariah. Untuk apa dana investasi itu sehingga bisa memilih jangka pendek, menengah dan panjang, apakah untuk dana pendidikan atau pensiun.

Kenali juga resikonya. “Kalau resikonya besar, pasti untungnya besar. Sebaliknya kalau resikonya kecil, untungnya juga kecil, tapi kalau untungnya besar pasti investasi bodong itu,” jelas Pintor.

Pelajari juga alternatif investasinya, apakah saham, obligasi, sukuk atau reksadana. Tentukan juga batas investasi disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan profil resiko. “Investasi awal bisa seratus ribu rupiah,” katanya.

Kalau seandainya perusahaan emiten yang sahamnya kita beli itu ternyata bangkrut, maka investor tidak perlu khawatir akan dananya. “Sebab dana investasi tersebut aman di regulator,” jelas Pintor.

Saham syariah 403 itu, tambahnya, paling banyak di sektor perdagangan, jasa dan investasi (28 persen); properti, real estate dan konstruksi bangunan 15 persen. Industri dasar dan kimia 13 persen; industri barang konsumsi 10 persen dan keuangan 9 persen.

Sosialisasi ini menurut Pintor sebagai upaya peningkatan literasi dan inklusi di Pasar Modal. Hampir semua perguruan tinggi di Medan sudah sosialisasi Pasar Modal. Bahkan sosialisasi sampai ke beberapa daerah srpery di Tapsel. “Istilahnya supaya masyarakat khususnya kalangan mahasiswa melek pasar modal,” ungkap Pintor.

Ia menambahkan tahun ini ditargetkan tambah 2 Galeri Investasi di kampus-kampus menambah 13 galeri yang sudah ada, sebagian besar di Medan, selebihnya di Padangsidempuan dan Labuhanbatu. Di Medan, ada beberapa yang tidak aktif seperti di kampus Nomensen yang akan ditata ulang kembali dengan masuknya Panin Sekuritas.

Beberapa daerah lainnya ada yang minta seperti dari Universitas Dharma Agung dan ada dari Indrapura,” kata Pintor.

Pintor optimis tahun ini target penambahan 13.000 investor dapat tercapai mengingat Januari sampai 27 Pebruari 2019 sudah tambah 2.500 investor sehingga total Investor mencapai 36.500 Investor. (SB/wie)